Sisa Hutan yang ada di indonesia

Delapan tahun sejak Indonesia melaksanakan kebijakan moratorium hutan untuk menekan perluasan lahan pertanian yang tidak lestari di atas hutan primer dan lahan gambut, laju kehilangan tutupan pohon tetap tinggi, menurut data satelit terbaru dari Universitas Maryland dan Google yang tersedia di Global Forest Watch.

Data kehilangan tutupan pohon tahun 2015 yang diolah oleh Laboratorium Global Land Analysis & Discovery (GLAD) dari Universitas Maryland, yang merupakan data global terkini yang tersedia bagi publik, menunjukkan bahwa kehilangan tutupan pohon di Indonesia tetap tinggi antara tahun 2001 dan 2015. Angka kehilangan tutupan pohon ini bahkan belum mempertimbangkan secara keseluruhan data kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di penghujung tahun 2015. Kehilangan tutupan pohon yang dimaksud dalam blog ini mengacu pada hilangnya tutupan pohon di berbagai lanskap, mencakup kehilangan tutupan pohon dari wilayah hutan hujan tropis hingga area perkebunan tanpa menjelaskan penyebab terjadinya kejadian tersebut. Artikel ini menganalisis kehilangan tutupan pohon di hutan primer Indonesia, yang mencakup hutan alam yang utuh dan belum terganggu serta hutan terdegradasi dengan luas area minimal lima hektar (12 acre) atau lebih.

Kehilangan tutupan hutan di Indonesia meningkat tajam di tahun 2012, yakni seluas 928.000 hektar (2,3 juta acre). Angka ini kemudian turun secara signifikan pada 2013 dan kemudian meningkat kembali pada 2014 dan 2015, yakni masing-masing seluas 796.500 hektar (2 juta acre) dan 735.000 hektar (2,8 juta acre).

Kalimantan: Hampir separuh kehilangan hutan nasional pada 2015 terjadi di Kalimantan, yaitu mencapai 323.000 hektar (798.000 acre). Studi terkini menunjukkan bahwa perluasan lahan perkebunan kelapa sawit banyak terjadi di Kalimantan sejak tahun 2005, dan sebagian besar perluasan tersebut dilakukan dengan mengorbankan wilayah berhutan.

Sumatera: Kehilangan hutan di Sumatera turun secara signifikan dari 2014 hingga 2015, tetapi penurunan tersebut disebabkan oleh tidak tersedianya lagi lahan hutan primer yang dapat diakses guna diubah fungsinya.

Papua: Upaya perlindungan hutan perlu difokuskan di pulau Papua, rumah bagi sepertiga hutan hujan yang tersisa di Indonesia dan merupakan tempat tinggal bagi keanekaragaman hayati serta sumber penghidupan bagi penduduk desa. Kehilangan tutupan hutan meningkat di provinsi Papua dan Papua Barat sejak tahun 2012, dan analisis kami menunjukkan bahwa di tahun 2015, kedua provinsi tersebut mencetak rekor kehilangan tutupan hutan tertinggi sejak 2001.

Kehilangan tutupan hutan atau deforestasi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh perluasan industri pertanian, perkebunan, dan konsesi penebangan kayu, dimana kehilangan tutupan hutan umumnya terjadi di area hutan primer dan lahan gambut yang kaya akan cadangan karbon. Data dari Greenpeace Indonesia menunjukkan bahwa 48 perusahaan sawit telah memiliki izin di Papua dan Papua Barat, berkisar antara 25.000 hingga 45.000 hektar (62.000 hingga 111.000 acre).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia menemukan bahwa izin untuk membuka lahan di Papua telah diberikan sejak 2011. Izin konsesi tersebut mengharuskan perusahaan untuk mengalokasikan sekitar 20 persen wilayahnya untuk masyarakat lokal, tetapi ternyata lahan-lahan tersebut dengan sengaja telah diperjual belikan. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ibu Siti Nurbaya Bakar menegaskan bahwa pemerintah akan mengawasi dengan seksama pelaksanaan kebijakan moratorium hutan di dua provinsi tersebut.

Selain dampak lingkungan yang signifikan, pengrusakan hutan juga berkontribusi pada konflik sosial, termasuk pelanggaran hak-hak masyarakat lokal dan konflik lahan yang tak kunjung terselesaikan.

Komentar